Jumat, 22 Juni 2012

Akai Ito (2008): Nggak Banyak yang Bisa Diceritain

WARNING: Ada spoiler looh...
 
Sekitar bulan Maret lalu saya mendadak pengen ngeliat dorama romantis, dan saya yang waktu itu nyemplung ke sebuah forum akhirnya menemukan Akai Ito (red thread of fate).
Dari judulnya, saya membayangkan sebuah cerita romantis yang melibatkan takdir cinta (halah) macam film Hanamizuki-lah, yaitu ketika sepasang cewek cowok pacaran, mengalami banyak masalah dan halangan, tapi tetep bersatu di akhir cerita.

Bagaimana Akai Ito?

Hmm... secara garis besar alur ceritanya memang seperti yang sudah saya sebutkan di atas, tapi entah kenapa saya agak kecewa dengan dorama yang disebut-sebut sebagai salah satu dorama teromantis itu (kata anak-anak forum).

[Upss... sekali lagi, hati-hati ada spoiler]
Inti dorama ini menceritakan Mei (Minamisawa Nao) dan Atsushi atau A-kun (Mizobata Junpei), anak SMA yang akhirnya saling suka dan menghadapi banyak masalah, baik dari teman maupun keluarga. Mereka berhubungan alias pacaran dan sempat putus nyambung. Ada bumbu konflik keluarga dan beberapa hal khas pergaulan bebas anak muda, mulai dari narkoba sampai free sex semua ada di sini. However, salah satu poin terbaik dari dorama ini adalah semuanya berakhir bahagia di ending cerita.

Well, nggak banyak yang bisa saya ceritakan tentang dorama yang satu ini. Kenapa? Jujur, saya nonton dorama ini pakai rumus skip-skip-skip. Menurut saya dorama ini alurnya lambaaaat banget (IMO lho, ya), inilah mengapa saya merasa bosan dan pengen cepet-cepet tahu endingnya. Karena itu dorama ini bukan termasuk dorama favorit saya, jadi harap maklum bila saya agak lupa nama tokoh atau ceritanya (apalagi saya nontonnya udah beberapa bulan lalu).

Selain alurnya yang lambat, ada poin lain yang membuat saya mengerenyitkan dahi saat menontonnya.



1. Karakter yang nggak terlalu penting
Di awal cerita, Mei diceritakan suka sama seorang cowok lupa-siapa-namanya, sayangnya cowok itu lebih suka sama kakak Mei. Di sinilah ia kemudian mengenal A-kun lebih dekat.
Well, sebenarnya saya berharap kalau cowok lupa-siapa-namanya itu muncul lagi di episode-episode selanjutnya dan ikut membumbui konflik. Sayang harapan saya nggak terkabul dan tokoh itu seolah hanya tempelan dalam cerita.

2. Eksekusi tokoh cerita yang nggak banget
Di dunia kepenulisan, 'membunuh' tokoh merupakan salah satu solusi tercepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Bila diramu dengan bagus, ceritanya pasti menuai pujian, tapi cukup banyak yang akhirnya terjebak dan 'pembunuhan' tokoh/karakter malah menjadi ide buruk yang memuakkan. Ironisnya saya menemukan ini di Akai Ito, kalau nggak salah sampai 2 kali.

Eksekusi pertama terjadi sama tokoh Sara, cewek nerd plus nyentrik yang suka sama cowok bernama Taka-chan, tapi Taka suka sama Mei (cinta segitiga laah). Di salah satu episode, Sara memergoki Mei yang kebetulan sedang berduaan sama Taka, parahnya Mei nggak ngaku karena dia tahu perasaan Sara dan nggak mau nyakitin cewek itu.


Hebatnya, hanya karena hal itu Sara ngambek luar biasa dan... bunuh diri. Jujur, waktu itu saya bengong liatnya dan berpostif thinking kalau eksekusi ini bukan salah pembuat ceritanya, tapi memang tokoh Sara yang bodohnya nggak ketulungan. Eitss... tunggu dulu, ternyata usaha bunuh diri Sara nggak sukses dan dia masih hidup!

Saya yang awalnya ilfil dengan poin bunuh diri itu langsung konsen mengikuti cerita, berharap kalau konflik cinta segitiga itu berlanjut. Tapi apa yang terjadi? Walau masih hidup, ternyata Sara lupa ingatan alias amnesia. Aarrghh... waktu itu saya geregetan, bagi saya amnesia sama saja dengan tokoh yang udah mati, tapi bagian ini tertolong dengan konflik baru ketika Mei akhirnya dimusuhi teman-temannya gara-gara insiden Sara ini.

Lagi-lagi saya berpositif thinking kalau bagian amnesia ini hanyalah bumbu cerita agar Mei punya musuh dan membuat penonton geregetan. Saya lalu berharap kalau someday Sara akan kembali ingat dan tercipta konflik lain. Tapi lagi-lagi saya memang terlalu berharap, karena Sara bukan hanya di-amnesia-kan tapi perannya juga udah nggak penting lagi dalam cerita. She's absolutely gone....

Eksekusi kedua ternyata nggak berbeda jauh dari kasus Sara. Kali ini korbannya adalah Taka-chan, si cowok lembut plus suka KDRT yang akhirnya jadi pacar Mei. Di bagian ini cinta segitiga lagi-lagi terulang, kali ini antara Mei, A-kun, dan Taka. Mendekati ending, so far so good, bahkan Taka sempet ngobrol sama A-kun dan berniat menyerahkan Mei pada A-kun. Tragisnya, setelah itu Taka malah ketabrak mobil dan... mati.


Saya sebenarnya heran kenapa Taka harus 'dibunuh', menurut saya nggak penting gitu, lho. Taka udah baik banget mau ngalah soal cinta, kayaknya udah mau memulai hidup baru, tapi malah tewas bersimbah darah. Jujur saja, saya menangkap bagian ini hanya sebagai bumbu tambahan untuk membuat cerita Akai Ito ini semakin mengharukan (yang menurut saya malah mengecewakan).

Yang membuat saya lebih facepalm lagi... kenapa eksekusi 'pembunuhan' ini sama-sama terjadi pada tokoh 'orang ketiga'? Yaaah... seolah-olah pembuat ceritanya bener-bener pengen menyelesaikan konflik cinta segitiga dengan solusi super cepat.

3. Cerita Mei dan A-kun kurang kuat
Yeah... ini hanya pendapat saya saja, atau mungkin karena saya (yang waktu itu pengen lihat dorama romantis) terlalu berharap banyak untuk melihat adegan-adegan percintaan yang mengharukan. Di sini cerita cinta kedua tokoh utamanya malah nggak begitu kuat.
Alih-alih romantis, saya lebih suka menyebut dorama ini dengan kata tragis. Selalu ada konflik, masalah, persoalan, dan bla-bla-bla yang sepertinya nggak pernah putus. Masalanya sangat-sangat kompleks dan memusingkan. Hampir semua temen-temen Mei disorot di dorama ini, ada yang dagang narkoba dan free sex, semua tokoh dapat porsi seimbang sampai-sampai si tokoh utamanya 'nggak punya waktu buat romantis-romantisan'.

_____________________________________

Well, walau banyak yang bilang kalau dorama ini recomended, saya nggak berani merekomendasikan dorama ini ke orang lain, karena saya sendiri udah cukup ilfil nontonnya. Andaikan ceritanya lebih fokus pada permasalahan Mei dan A-kun (dibumbui konflik keluarga, kehadiran orang ketiga, tanpa tetek bengek konflik remaja yang sangat kompleks) mungkin saya akan lebih menyukai dorama ini. Selera orang memang berbeda, bukan? ^___^

Gomenesai kalau ada penggemar Akai Ito yang nggak setuju, baik penyuka doramanya maupun novelnya yang katanya best seller. No offense, ini kan cuma IMO, pendapat dari orang yang masih hijau dalam dunia perdoramaan, hehehe.

2 komentar:

  1. yahhha. selera orang mang beda2.. dan selera mu tuh masuk kategori aneh masbulo dan berbelit2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, selera emang beda, selera saya aneh pun sepertinya bukan masalah kan?

      Hapus