Jumat, 20 April 2012

Noroi: The Curse, Kagutaba (2005) --- Ini Curhat Saya ^__^

WARNING: Mungkin mengandung spoiler ^^



Berawal dari iseng nyari rekomedasi film horor Asia beberapa bulan lalu, saya akhirnya digiring untuk mengenal film Jepang berjudul Noroi, yang artinya The Curse atau Kutukan. Kesan pertamanya, judul film ini simpel, padat, tapi sarat akan horor.

Akhirnya saya mulai mencari review film ini, di blog maupun forum. Kesimpulannya, hampir semua orang yang sudah menonton film ini punya pendapat sama: recomended buanget. Tapi saya tetep ragu-ragu buat download, yang kalau saya katakan alasannya, mungkin saya akan ditertawakan :D

Noroi adalah film model mockumentary, dari sudut pandang kamera macam Paranormal Activity yang berkali-kali dibuat sekuelnya. Jujur, saya tidak suka horor mockumentary karena saya sudah parno duluan lihat gambar-gambar dari sudut pandang kamera, apalagi pakai sinar UV yang ijo-ijo mengerikan (buat saya). Walau horor model mocku ini minim penampakan, saya tetep merinding kalau lihat film gaya beginian... dan inilah yang bikin saya ragu-ragu download (ya... ya... ejek saya penakut).

Tapi karena penasaran plus saya sudah 'terlatih' dengan film Haunted Changi (film mocku yang lain), saya akhirnya download dan menontonnya. Lalu bagaimana kesannya?
Dari semua jenis kata seperti seram, horor, atau takut, saya lebih memilih kata 'ngeri' untuk mendeskripsikan film Noroi.

Secara garis besar, film ini bercerita tentang seorang jurnalis gila misteri bernama Masafumi Kobayashi yang menyelidiki hal-hal aneh/gaib. Sampai suatu ketika ia menemui seorang ibu-ibu yang mengeluh sering mendengar suara tangisan bayi dari tetangga sebelahnya. Beberapa hari setelah itu, saat si ibu tidak mengeluhkan tangisan bayi lagi, sang ibu dan anaknya meninggal.

Sejak saat itu Kobayashi terus menemui dan mewawancarai orang-orang seperti anak yang punya kekuatan supernatural, artis ber-6th sense yang pernah kesurupan di kuil, dan masih banyak lagi. Awalnya mungkin Kobayashi tak punya pikiran apa-apa terhadap target wawancaranya, namun lambat laun ia sadar kalau semua orang yang ia temui ternyata punya kaitan erat, seolah terhubung dengan satu misteri yang rumit dan mengerikan. Di bagian ending, kita lantas dikenalkan dengan sebuah ritual Kagutaba, ritual pemanggilan/pemujaan iblis yang ternyata berakhir petaka.

Yang saya suka dari Noroi, film ini seperti potongan puzzle, membingungkan sekaligus membuat penasaran. Di dalamnya ada semacam sub-sub cerita yang sebenarnya saling berkaitan. Dan di akhir setiap sub cerita, saya selalu berhasil dibuat merinding dan bertanya 'kenapa?' atau 'kok bisa?'. Apalagi dibumbui slow motion dan suara yang mencekam, bukan 'jreng-jreng' ala film horor yang suka mengagetkan.

Contoh: di sub cerita pertama, saat Kobayashi pamit dari rumah ibu-ibu yang mengeluhkan tangisan bayi. Tiba-tiba gambar film berhenti, agak nge-zoom ke arah si anak dan ibu yang berdiri di halaman rumah, backsoundnya yang seperti dengungan semakin lama semakin jelas, ditambah tulisan (kira-kira) "5 hari kemudian, keluarga ini meninggal". Bagi sebagian orang, mungkin ini adegan biasa, namun cukup membuat saya merasa ngeri tanpa alasan yang jelas.

Di film ini benar-benar minim penampakan, kalau saya tidak salah hitung... cuma ada tiga penampakan di Noroi. Karena saya hanya pernah menonton Haunted Changi sebagai fim mockumentary, jadi saya akan membandingkan film ini dengan film tersebut.

Dibandingkan Haunted Changi (HC), Noroi tidak terlalu banyak menampilkan setting atau latar yang cukup mencekik rasa ketakutan kita. Kalau di HC, kita akan disuguhi area-area rumah sakit terlantar yang sudah pasti membuat bulu kuduk merinding. Di Noroi, kita akan melihat setting-setting biasa seperti rumah, kota, gedung, dll. Anehnya, walau minim setting yang spooky, semua itu diramu hingga film ini tetap saja terasa mencekam (menurut saya).

Di Noroi, ada 2 scene yang bener-bener bikin saya deg-degan dan merinding.

1. Saat seorang artis bernama Marika ikutan semacam acara Dunia Lain. Dia ditemani 2 host dan kru acara ke sebuah kuil terpencil. Marika yang punya 6th sense ini bisa merasakan sesuatu yang mengerikan di sana. Marika lalu kesurupan, menjerit, dan akhirnya video berhenti. Dan ini bagian yang menurut saya mengerikan... saat video itu diputar, terlihat penampakan putih berbentuk manusia yang absurb banget di kejauhan. Sialnya, adegan itu sempat di slow motion dan diputar berulang-ulang dengan efek suara yang ... nyeeesss... tengkuk rasanya dingin banget.

Sebenernya untuk tipe film mocku begini, saya tidak berharap melihat penampakan, beda kalau saya lihat film horor biasa. Saya lebih berharap dapat mendengar suara-suara aneh ketimbang hantu yang tertangkap kamera. Tapi tetep aja, scene hantu di kuil itu bikin hati saya mencelos.


2. Saat Marika sering ngelindur dan di kamarnya dipasang kamera pengintai. Ketika video dari kamera itu kembali diputar, ternyata ada suara aneh. Setelah audionya dibersihkan atau apalah istilahnya, terdengar suara laki-laki, bernada rendah, terpatah-patah dan mendengungkan kata 'kagu' dan 'taba'. Pas denger suara itu (saya pake headset dengan volume lumayan), rasanya lagi-lagi maknyeess... nggak bisa saya jelasin.

Well, film ini memang beda dari film horor kebanyakan yang berawal bahagia dan berakhir petaka. Dari awal film, kita sudah disuguhi suara narator yang cara bicaranya sudah misterius, plus sebuah fakta (yang sebenarnya fiktif) kalau video yang akan kita lihat adalah jejak seorang jurnalis yang menghilang setelah membuat dokumentasi. Ketegangan di film ini dibangun secara perlahan, tidak mengandalkan setting seram macam Haunted Changi, namun sang sutradara menuntun kita untuk meresapi emosi setiap pemainnya dan larut mengikuti alur film yang melompat-lompat namun mengesankan.

Oke, saya tahu ini film fiktif. Sepanjang nonton film ini saya sadar betul kalau ini cuma film horor biasa, terlepas dari benar atau tidaknya keberadaan ritual Kagutaba itu maupun benar atau tidaknya keberadaan seorang jurnalis bernama Kobayashi. Yang jelas, saya sadar ini film fiktif.
Namun tetap saja saya berharap saya bisa terseret arus mockumentary dan menganggapnya sebagai suatu kejadian nyata. Cuplikan variety show, akting natural para pemain, membuat saya cukup hanyut dan 'percaya' kalau cerita ini nyata. Sayangnya, ada beberapa aspek yang menurut saya cukup 'merusak' imajinasi saya, sekali lagi... ini IMO.

Pertama kehadiran Hori, seorang laki-laki aneh beralumunium foil yang bisa merasakan hal-hal gaib. Entah kenapa, saat melihat Hori... rasa 'percaya' saya bahwa Noroi adalah film nyata langsung sedikit pecah. Mungkin saya lebih berharap kalau Hori diganti seorang laki-laki misterius, pendiam, dingin, yang walaupun nyentrik dan aneh tapi tetap menghadirkan sensasi bergidik.

Kedua, saat Kobayashi mendatangi Hori di rumahnya dan merekam dengan kamera. Tiba-tiba kamera agak rusak, gambarnya patah-patah, dan dari 'patahan' gambar video terlihat seluet-siluet wajah kecil warna biru yang sangat banyak (yang belakangan diketahui simbol/gambar topeng Kagutaba). IMO, adegan gambar kamera ini juga cukup merusak 'kepercayaan' saya, entah kenapa. Tapi tetap saja saya merinding menyaksikan video rusak itu.

Well, curhat saya panjang juga, ya? :D
Tapi saya cukup puas dengan Noroi, salah satu film horor terbaik menurut saya, yang walau ceritanya sendiri mungkin sudah cukup pasaran (kita sudah cukup banyak disuguhi film horor berbau kutukan :D), gaya penceritaan Noroi benar-benar menghanyutkan saya dan membuat saya ngeri berlama-lama di kamar mandi malam hari (terngiang-ngiang suara yang ngomong 'kagutaba'... ya ampuuuun...).

Tapi bagi Anda yang lebih mengharapkan penampakan mengerikan dengan wajah 'aduhai' plus backsound 'jreng-jreng' yang menggelegar, mungkin Anda tidak akan sependapat dengan saya tentang Noroi :D


Sekali lagi, Asia menunjukkan kalau mereka adalah rajanya film horor XD~ Tapi teteeep, bagi saya belum ada yang bisa mengalahkan sensasi creepy-nya film Ju-On :P

3 komentar:

  1. waaah.....thanks banget reviewnyaa =D
    bisa nih buat di download...
    tapi kalau boleh tau,downloadnya dimana??
    saya udah cari keliling google,susah banget dapet yang kualitas filmnya bagus...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seinget saya sih dulu saya download di forum Indowebster :)

      Hapus
  2. sama tuh gan,,ane juga kadang masih terngiang-ngiang ama suara orang yang ngomong "kagutaba"...hehehehe

    BalasHapus